AIR PANAS CIRACAS TAK DIKELOLA
Purwakarta, Media Kota
Lima titik air panas di Kiara
Pedes belum dapat di optimalkan, kondisinya pun belum diperhatikan oleh
pemerintahan Desa sebagai sumber wisata air panas. Salah satu sumber mata air
tersebut ialah mata air panas Ciracas, yang terletak di Desa Ciracas untuk
menempuh ketempat tersebut butuh jarak 60 km dari pusat kota Purwakarta.
Karena letaknya yang cukup jauh, akhirnya tidak
banyak yang tahu, menurut rohana (67) warga setempat mengatakan, mata air panas ini sudah ada sejak zaman
penjajahan belanda. Sehingga menurut saya bias dikatakan mata airnya sudah ada
sejak dahulu kala.
“Maksudnya sudah ada sejak zaman
dulu” tuturnya kepada wartawan Media Kota. Mata air panas ciracas sering
dimanfaatkan warga sekitar untuk mandi, jadi setiap pagi dan sore kondisinya
akan selalu ramai, namun sampai saat ini karena belum dikelola baik mata air
panas ciracas kondisinya terbengkalai dari lima titik sumber mata air panas yang
ada baru dua yang dimanfaatkan. Yaitu tanah milik kantor desa dan ditanah dekat
mushola Kampung Ciracas.
Sumber mata air itu diberi
bangunan seperti bangunan pemandian umum kata rohanah.
Akses jalan menuju kawasan
tersebut sudah sangat bagus bahkan, pengungjung di suguhi oleh pemandangan yang
sangat luar biasa, hamparan perkebunan teh terlihat hijau di kiri kanan jalan
sejak perempat legok huni menuju desa ciracas. Selain perkebunan teh, terlihat
juga pepohonan dengan ukuran besar dikanan kiri jalan, burung-burung hutan
berterbangan dengan liarnya, pemandangan tersebut tidak akan dijumpai di pusat
kota.
Tidak ada petunjuk arah, tapi
jika bertanya pada warga sekitar maka lokasi itu akan mudah dicari. Apa lagi
jika sudah menanyakan mata air panas, past semua warga menuju desa ciracas akan
mengetahuinya” jelasnya nanag deble (25) mengatakan, sumber mata air panas ini
bias jadi objek wisata terkenal. Saat ini saja setiap pagi sore dan malah hari
banyak pengunjung yang datang kelokasi pemnadian ini. Namun, karena tempatnya
belum di kelola dengan maksimal.
Maka belum ada pendapatan yang
bias diambil dari lokasi wisata tersebut.
“paling juga kotak amal, setiap
warga yang mandi secara sukarela memasukan sebagian hartanya” kata nanang.
Lokasi pemandian ini tak memiliki penjaga khusu, jangankan penjaga, kolam tempat
berendam juga masuh jadul, karena hanya di plester kawatir oleh semen saja
dengan kata lain, kolam pemandiannya belum menggunkan porslen ataupun keramik
selain itu, tidak ada sekat penutup jangankan sekat jendela dan pintu juga
tidak ada, namun, ngan khawatir kolam pemandian untuk laki-laki dan perempuan terpisah, laki-laki
ada di sebelah kanan bangunan dan perempuan ada di sebelah kiri.
Walau dipemandian prempuan ada
pintunya kalau
Tapi titik alias masih lubang
(asep Rb)
Komentar
Posting Komentar